Talk show Radio
Ketika masa kampanye saya membuat beberapa jingle dan iklan untuk radio, dan sebagai bonus dari radio saya bisa melakukan talk show. Selama kampanye total saya melakukantalk show tujuh kali di lima radio.
Pertama melakukan talk show, pembawa acaranya perempuan, umurnya kayaknya masih 20-an tahun. Seperti yang sudah dipesankan, saya datang 15 menit sebelum take, untuk briefing. Ketika pertama bertemu, pembawa acaranya ini wajahnya males-malesan menjawab pertanyaan saya, “Mbak, tema talk show kita hari ini apa?”. Mbak itu menjawab, “Ya saya ikut apa maunya mbak, mana mbak outline pertanyaannya.” Saya melongo.
Saya baru tahu ternyata kebanyakan caleg yang akan talk show mereka akan membawalist pertanyaan sendiri dan mereka tidak mau ditanya di luar list yang diberikan. Di samping itu mereka juga tidak membuka kesempatan untuk telpon atau sms interaktif langsung.
Saya dengan background sedikit dunia media massa tentu tahu kalau itu sudah melanggar kode etik, karena pertanyaan harusnya murni dari pembawa acara. Bahkan saya ingat cerita Andy Noya penyiar Kick Andy yang ngotot membatalkan wawancara dengan presiden SBY, karena tim pak SBY akan intervensi pertanyaan yang dibuat Andy.
Akhirnya saya menyerahkan leaflet kepada pembawa acara. Dalam leaflet tersebut ada visi-misi, background pendidikan, pekerjaan, pengalaman organisasi, dan juga kompetensi saya. “Bila informasi ini kurang, silahkan buka website saya mbak, alamat websitenya ada di leaflet.”
Diskusi terbuka ini ternyata menjadi hal yang menarik bagi pembawa acara, karena ini adalah tantangan tersendiri untuk mereka, dan mereka dapat bertanya apa saja. Dari tujuhtalk show semuanya pasti melebihi dari jadwal yang ditentukan. Biasanya talk showhanya satu jam, molor menjadi sejam dan lima belas menit. Keasyikan tersendiri bisa berdialog dengan banyak orang.
Selama talk show banyak sekali telpon dan juga sms yang masuk, dan saya sebagai nara sumber tentunya harus siap dengan semua pertanyaan yang ada. Alhamdulillah semua pertanyaan masih dalam wilayah yang saya kuasai, mulai soal pendidikan, calon presiden, pengkaderan partai, kesehatan reproduksi dan juga mengenai disabilitas.
Di daerah Bondowoso bahkan ada seorang penelpon bilang, “Baru kali ini ada caleg yang berani talk show dan membuka diskusi langsung dengan pendengar, perempuan lagi calegnya.” Dari komentar ini saya semakin yakin bahwa ternyata memang belum banyak caleg yang mengambil langkah ini.
Saya percaya, sedikit banyak talk show mempengaruhi perolehan suara saya. Contoh di Bondowoso, di kabupaten ini perolehan saya melebihi target yang saya rencanakan, juga di kecamatan Banyuwangi kota, dan saya yakin ini karena salah satunya efek talk show.
Dari beberapa kali talk show saya semakin tahu bahwa kualitas penyiar sangat menentukan dari kelancaran proses talk show. Bila penyiarnya tidak menyiapkan pertanyaan yang baik atau tidak memiliki background yang cukup pada isu yang diperbincangkan maka proses talk show juga tidak akan berjalan lancar, karena pertanyaan-pertanyaannya kurang mengigit. Jadi intinya penyiar dan nara sumber harus bisa saling mengisi.
Salah satu komen dari penelpon yang saya sukai datang dari seorang bapak di kecamatan Giri, Banyuwangi, “Mbak Nihayah, saya jatuh cinta dengan suara anda.” Hehehe…
Catatan: Jingle, iklan radio, dan beberapa rekaman talk show bisa didengar di kanal YouTube Hj. Nihayatul Wafiroh MA