Pertama kali melihat foto-foto saya bertebaran di mana-mana, saya merasa geli. Ada foto saya di hutan, di perkebunan, jadi penjaga perempatan, bahkan di Situbondo, foto saya di kuburan, karena kebetulan kuburannya di tengah pemukiman warga dan salah satu tim relawan saya rumahnya gandeng dengan kuburan. Ukuran foto terbesar saya ada dibillboard dengan ukuran tinggi 5 meter dan lebar 10 meter. Tempat billboard melintang di jalan raya Genteng, Banyuwangi. Saat pemasangan billboard tersebut saya kebetulan pas lewat di bawahnya. Jadi berasa lucu melihat gambar sendiri dalam ukuran jumbo
Saya tidak pernah membayangkan bila foto saya akan tertempel di mana-mana. Dalam pikiran saya selama ini, foto-foto saya akan hanya cukup eksis di media sosial saja, tidak lebih.
Namun perasaan geli itu lambat laun berubah jadi perasaan haru, terlebih ketika melihat baliho saya terpasang hingga di pelosok desa, di jalan desa-desa menuju gunung, perkebunan dll. Saya merasa menjadi orang yang sangat beruntung karena banyak sekali orang yang membantu. Saya tidak memberikan imbalan apapun kepada mereka, tapi mereka para tim relawan di tiap-tiap desa dengan ihlas membantu saya untuk memasang atribut kampanye. Banyak cerita yang saya dengar tentang bagaimana mereka harus tengah malam memasang atribut, atau atribut baru dipasang beberapa jam sudah ada orang yang menurunkan, ada juga cerita bagaimana mereka kesulitan mencari bambu, dan bagaimana mereka harus meminta ijin ke pemilik rumah yang di depan rumahnya di pasangin baliho dan sebagainya. Ini menjadi pelecut luar biasa untuk saya, agar nantinya saya lebih mengedepankan kepentingan mereka dan masyarakat luas dari pada kepentingan pribadi saya. Maturnuwun untuk semua tim relawan
Setelah melihat potret-potret saya dalam ukuran jumbo, saya baru menyadari ternyata gigi kroak saya kelihatan kalau dibuat tersenyum…