Awas Jeratan Dukun
Ternyata cerita tentang caleg-caleg yang menggunakan dukun atau orang ‘pintar’ bukan hanya isapan jempol. Saya pun memiliki pengalaman untuk itu, begitu juga tim saya. Dalam judul ini, saya akan menceritakan pengalaman saya dan juga pengalaman tim saya berhadapan dengan jeratan ini.
A. “Apa?! Dua Puluh Satu juta?!”
Saya memiliki Tim Relawan yang sangat royal dan konyol. Untuk urusan pengorganisiran masyarakat saya mengacungi jempol, dan untuk urusan berani plus konyol empat jempol saya ajukan hehe. Sebut saja namanya Kang L.
Pernah suatu hari ada seseorang yang datang ke rumah Kang L. Orang ini menceritakan kalau dia adalah orang yang memiliki kemampuan lebih untuk bisa melihat masa depan seseorang. Mbah Dukun ini mendatangi rumah Kang L terkait posisi Kang L yang menjadi kordinator kecamatan tim relawan saya.
Mbah Dukun ini bilang, “Saya sudah bertemu dengan tujuh orang wali, dan dengan sedih saya harus bilang, kalau dari tujuh wali ini hanya satu orang saja yang merestui Nduk Nik menjadi caleg, enam lainnya sama sekali tidak merestui.” Kang L tetap diam, dia mulai meraba arah pembicaraan.
“Tapi tidak usah sedih, pendapat wali ini masih bisa dirubah, saya bisa bantu,” Lanjut Mbah Dukun. “Caranya bagaimana mbah?” tanya kang L pura-pura tertarik. “Begini, saya butuh beli minyak wangi, menyan, sesembahan dan beberapa keperluan lainnya. Ya kira-kira butuhnya sekitar 21 juta semuanya.” Kang L kaget luar biasa dan tentu campur geli. Setelah berpikir sejenak, Kang L menjawab, “Mbah, saya tidak bisa memutuskan, saya harus bilang ke Abah dulu (red: maksudnya Abah saya), nanti dua atau tiga hari lagi saya kasih jawaban.”
Benar saja, jarak dua hari, Mbah Dukun ini sudah datang lagi. Sebelum Kang L bilang apa-apa, Mbah Dukun sudah lebih dulu berbicara, “Begini L, setelah saya omongkan dengan dengan para wali itu, dan saya hitung ulang, sepertinya biaya bisa ditekan jadi sekitar 13 juta saja.” Kang L yang memang pada dasarnya memang tidak pernah menghubungi abah untuk menceritakan hal ini menjawab dengan tenang, “Maaf Mbah, abah akhir-akhir ini sibuk sekali, jadi saya belum bicara dengan abah.” Ternyata Mbah Dukun ini cukup sabar, dia berjanji akan menunggu, dan akan datang esok harinya.
Kejadian itu terulang kembali, sebelum Kang L berbicara apa-apa, Mbah Dukun ini tiba-tiba sudah menurunkan harga sendiri, dari 13 juta, turun jadi 7 juta, turun jadi 3 juta, dan terahir 1 juta.
Setelah beberapa kali bolak-balik, dan Kang L lama-lama sudah tidak tahan lagi akhirnya Kang L tegas bilang ke Mbah Dukun, “Mbah, sudah ini saya kasih uang 50 ribu, tidak usah pakai minyak wangi, tidak usah pakai kemenyan, tidak usah menyembelih apa-apa. Saya hanya minta jenengan mendoakan nduk Nik saja. Ini saya kasih 50 rb, jenengan mau mendoakan ya Alhamdulillah, tidak mau ya tidak apa-apa.” Dan tralala… ternyata Mbah Dukun itu menerima uang itu dan menyepakati permintaan Kang L.
Hadirin… 21 juta turun jadi 50 ribu hahaha… *Dukun banting harga
B. “Sudahlah tidur saja”
Cerita ini baru saya dapat setelah masa pencoblosan, dan yang menceritakan bukan hanya satu orang tapi beberapa orang. Ada seorang dukun yang dia selama ini memegang salah satu caleg DPRD.
Mbah Dukun ini berulang kali bilang ke beberapa tim relawan saya, “Sudahlah Nduk Nik itu tidak usah kampanye, tidur saja. Sekuat apapun dia berusaha tetap saja tidak akan jadi. Yang menang pasti si A. Nduk Nik itu berat untuk menang” Perkataan Dukun ini sempat membuat deg-degan dan terhenyak tim relawan saya. Namun ada juga tim relawan saya yang cukup berani dengan menjawab dengan nada guyon, “Ya tentu saja Nduk Nik berat, lawong dari sisi badan saja sudah kelihatan berat.”
Menurut Mbah Dukun dia memiliki kekuatan untuk melihat berapa perolehan suara tiap caleg. “Di tangan saya ini ada seperti magnet, jadi ketika saya tulis nama caleg itu, langsung kelihatan berapa jumlah suara yang akan didapat.” Pernah suatu hari, teman saya yang Caleg DPRD Banyuwangi bertanya berapa perolehan jumlah suara yang akan diperolehnya, “Kalau jenengan ini berat untuk jadi Pak, jenengan hanya akan mendapat suara 800, ya kurang dari seribu,” begitu jawaban Mbah tersebut. Dan ternyata teman saya ini perolehan suaranya tertinggi di dapilnya, yakni hampir mencapai 6000 suara.
“Jadi apakah saya harus tetap tidur??”
—
Dari beberapa kejadian mengenai dukun ini, saya semakin yakin bahwa tidak ada kekuatan yang paling berkuasa selain Allah. Melakukan ikhtiar dengan sebaik-baiknya dan meminta kepada Allah adalah usaha yang perlu dilakukan.