“Mengenal Mbak Nihayatul Wafiroh dari organisasi alumni Ford Foundation International Fellowships Program yang tergabung dalam Indonesia Social Justice Network (ISJN). Belum sampai satu dekade mengenalnya, namun sepertinya keakraban dan persahabatanya dengan kami seperti saudara. Ini mungkin karena latar belakangnya sebagai santriwati yang sudah terbiasa hidup bersama. Ketika Mbak Nini memutuskan untuk terjun ke politik, maka mestinya begitu. Harus lebih banyak lagi santriwati di kalangan politisi, supaya DPR kita terisi keterwakilan unsur pesantren. Hidupnya di madrasah akan menjadi kontribusi dalam legislasi yang lebih tepat. Selama ini pembacaan tentang pendidikan Islam tidak utuh karena disusun oleh orang-orang yang bukan saja tidak mengenal apa itu pondok tetapi melafalkannya saja sudah susah. Semoga kehadiran Mbak Nini di Senayan nanti, mampu memberikan sumbangsih untuk kita semua, rakyat Indonesia.”
~ Ismail Suardi Wekke, Direktur Lembaga Persada Papua
“Saya mengenal Nihayatul Wafiroh (Ninik) sebagai sesama penerima beasiswa International Fellowship Program, the Ford Foundation. Kesamaan itu juga membawa kesamaan kimiawi dalam cita-cita, idealisme, dan mimpi-mimpi orang-orang biasa untukmembuat kelompok rentan dapat menikmati hak-hak yang setara dengan orang lain. Ninik juga pribadi yang istimewa di mata saya, terutama keberaniannya untuk berpikiran bebas tanpa kehilangan akarnya, yakni tempat ia dididik, ditempa hingga menjadi Ninik hari ini. Ninik saya kenal sebagai pribadi yang hangat, lugas, dan tidak pernah kehabisan energi dalam membagi peran sebagai ibu, istri, pembelajar, aktivis, dan termasuk mengurusi hal yang remeh temeh seperti mendengarkan curhat dan keluh kesah teman-teman yang jumlahnya tidak sedikit. Ninik memiliki obsesi untuk membangun komunitas yang membesarkannya terutama kaum perempuan agar menjadi pendidik keluarga dan pencerdas masyarakat. Tentu bukan pekerjaan ringan. Ninik menyadari bahwa ia tidak membawa kabar gembira karena kegiatan penyadaran akan selalu berhadapan dengan resistensi dari dalam rumah sendiri. Namun saya percaya bahwa Ninik dengan integritas dan kegairahannya untuk terus belajar akan menjadikannya sebagai pendengar yang sabar dan pekerja yang amanah.”
~ Endah Setyowati, aktivis dan dosen di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta
“Saya sudah mengenal Nihayatul Wafiroh (Ninik) selama beberapa tahun. Dimulai dari University of Hawaii at Manoa sewaktu dia mengambil S2. Posisi saya sebagai pustakawan memberi peluang untuk bertemu dengan banyak mahasiswa termasuk Ninik. Dari awal saya sudah mengagumi karakternya yang pekerja keras, gigih, tidak segan untuk bertanya dan berani mengungkapkan pendapatnya. Ninik pintar sekali dan sangat memperhatikan kesejahteraan keluarga dan masyarakatnya. Saya masih ingat sewaktu saya membantu dia untuk memulai pustaka kecil husus untuk anak dan remaja di daeranya; saya mengumpulkan buku-bukunya dan Ninik yang menggotongnya kembali ke Indonesia. Perhatiannya sangat tinggi atas pendidikan anak di Indonesia serta kemajuan perempuan (hususnya yang berada di daerahnya) terutama dalam hal kesehatan reproduksi dan kemandirian. Terahir saya bertemu Ninik sewaktu dia kembali dari Boston beberapa bulan yang lalu. Dia mampir di Hawaii dan pada waktu itu kami sempat keluar makan malam bersama sambil saling bertukar pikiran tentang banyak hal. Sebelum kami berpisah, saya ingatkan lagi kata-kata seorang perempuan hebat yang kami kagumi, “kalau terpilih, jadilah pelayan masyarakatmu, bukan ratu mereka.” Ninik pasti bisa menjadi pelayan yang baik dan pekerja keras bagi masyarakatnya.”
~ Rohayati Paseng, Pustakawan Studi Asia Tenggara, University of Hawaii at Manoa, Hawaii, USA.
“The smiling lady
Mengenal Ibu Nihayatul sebentar saja dunia seakan bertambah cerah, bagaimana tidak. Selalu tersenyum, riang dan menghadapi segala sesuatu dengan riang. Bekerja keras tapi riang. Ini yang langka . Dimana ada dia, optimisme menjadi aura yang menyebar ke orang orang d sekitarnya. Berbicara padanya , ngobrol dengannya serasa seperti membaca buku, lembar demi lembar dan tak ada habisnya maka yakin anda akan betah berlama lama membaca lembar lembar buku tersebut walau sampai tengah malam. Diskusi tentang apa saja bersamanya memberikan kita lompatan lompatan gagasan yang mengasikkan. She is a leader sangat kuat memberikan inspirasi bagi orang lain tanpa menggurui… Sukses BU Nihayatul, this country needs a person, smiling lady to be a leader, like you.”
~ Nikmah Nurbaity SPd MPd. Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Purworejo, Guru Berprestasi Nasional 2005. Kepala Sekolah Berprestasi Nasional 2011.
“Saya kenal Nihayah sejak dari pesantren di Tambakberas. Nihayah itu orangnya cerdas, memiliki skill leadership dan interpersonal yang bagus, berprinsip, berani mengemukakan pendapat dan mempertahankannya, serta low profile. Saya senang sekali ketika akhirnya dia memutuskan utk menjadi anggota legislatif. Melipur rasa frustasi saya karena melihat banyaknya persoalan kekerasan dan keserakahan terjadi di Indonesia. Keberpihakannya pada masyarakat biasa, kelompok minoritas serta perempuan sudah banyak ia tunjukkan lewat aktivitas2nya dalam pemberdayaan masyarakat. sekitar pesantren, dan sebagai aktivis fatayat wilayah Yogyakarta serta Kader Ulama Perempuan. Kita membutuhkan keterlibatan perempuan-perempuan progressive dan memiliki nurani seperti Nihayah dalam proses pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan, untuk masa depan indonesia yg aman dan sejahtera bagi seluruh warga negara, kelompok minoritas dan perempuan. Untuk Indonesia yg kuat dari dalam dan hebat di mata dunia.”
~ Nor Isma, aktivis dan penulis novel
http://topibundar.blogspot.com/
“Sorga ada di bawah telapak kaki ibu. Perempuan Muslim sudah membuktikan lebih dari yang dipercayai dalam tradisi. Perempuan tulang punggung dalam membangun ekonomi kewirausahaan yang berbasis keluarga dan mengajarkannya untuk berbagi kepada sesama. Ibu Nihayatul Wafiroh adalah pejuang perempuan, seorang santri yang berkelana mencari ilmu sampai di Amerika Serikat, tetapi pulang langsung berbagi dengan perempuan-perempuan dan masyarakat luas. Seorang wakil rakyat peduli pada isu kesejahteraan dan kesetaraan. Pilihlah bu Nihayatul Wafiroh, pemimpin Indonesia yang bekerja dengan hati, ilmu dan keimanan demi kemaslahatan umat manusia.”
~ Farsijana Adeney-Risakotta, pengajar di ICRS Yogyakarta dan UKDW.http://satulingkar.com/detail/read/10/2153/suara-kritis-blogger-muda
“Saya mengenal Ibu Nihayatul Wafiroh sejak lama, dia perempuan terpelajar, aktivis, memiliki keperdulian untuk isu-isu kemanusiaan. Dan beliau sosok berintegritas. Saya berharap beliau terpilih menjadi anggota DPR 2014-2019.”
~ KH Husein Muhammad, pengasuh pesantren Darul Tauhid, Arjawinangun, Cirebon, dan penulis beberapa buku tentang kesetaraan gender dan Islam.
“Jamaah NU membutuhkan sosok wanita cerdas dan trengginas seperti Mbak Ninik. Selain sebagai sosok ibu rumah tanggal dengan 2 anak, Ninik bisa membuktikan jika dirinya mampu berperan dan bahkan memimpin dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.”
~ Muhammad Chozin Amirullah, pekerja Sosial dan Mantan ketua HMI periode 2009-2011.