Kemarin saat baca paper yang berjudul “Exploring Feminist Women’s Body Counciousness” aku sempat sad banget. Paper yang ditulis oleh mahasiswa dari Arizona State University (ASU-USA), ngomongin soal body image (I wrote it in Hawaii) .
Itu baru urusan baju, belum lagi dengan sandal/sepatu. Untuk ukuran cewek, ukuran kakiku emang gede. Sekitar nomor 40/41. Dan tahu sendirilah sulit nyari sandal /sepatu lucu-lucu yang seukuran itu. Pernah aku muter nyari sepatu untuk acara wisuda dengan temanku. Pengennya sepatu yang agak berhak, biar pantas dipandankan dengan songket. Tapi perburuan selama dua hari di Jogja, tidak juga menemukan sepatu itu. Temenku sampe komentar “Dasar kaki gajah.” Di US, aku seperti menemukan tempatku, aku bisa dengan mudah mencari sepatu or sandal yang sesuai dengan ukuran kakiku. Makanya sekarang aku sering banget shopping sepatu/sandal, ya itung-itung balas dendam lah. Kata Suamiku buat investasi di Indonesia nanti.
Ternyata bukan hanya body yang menghalangiku untuk memilih pakaian, statusku sebagai Ibu dua anak juga sangat mempengaruhiku. Pernah suatu saat aku pake baju (yang kata orang sok ABG) dan aku padankan dengan celana jins dan sepatu ket. Eh ada saudaraku yang berkomentar “Nik, kamu itu harus sadar dua hal sebelum berpakaian. Satu, body kamu tuh enggak pantas pake baju neko-neko. Dua, kamu itu udah punya anak dua lho.” Ya Allah, sedih sekaliiii. Memang aku punya dua anak, bahkan anak pertamaku sudah umur 9 tahun, tapi lagi-lagi aku pengen teriak kalau aku juga masih MUDA, umurku masih dua puluh delapan tahun.
Pernah juga keponaan sepupu dari suamiku laporan ke mertuaku, saat itu aku masih kuliah S1, dia bilang ke mertuaku “Mbah, Mbak Ninik tuh sok kayak anak muda, masak pakenya celana jins, bawa tas ransel, dan suka lihat konser lagi.” Kan waktu aku kuliah, aku sudah punya anak. Tapi syukur banget mertuaku orangnya moderat, mendapat laporan begitu, abah mertuaku jawabnya enteng aja “Ya enggak apa-apa, Ninik kan emang juga masih muda.” Ihhhhhhh kapooooookkk rasain deh hehehe.
Satu-satunya orang yang tidak pernah protes dengan pakaian dan tubuhku, dan hanya didepan dia aku selalu pede dengan tubuhku adalah MY BELOVED HUSBAND. Thanks ya sayang.
Terlepas dari itu semua, sebenernya aku pengen berontak dari body image yang berkembang di masyarakat, tapi sulit banget. Sering kali aku merasa Ugly, karena di satu sisi aku sudah fokus mempelajari tentang gander, tapi di sisi lain aku masih sangat terpengaruh dengan body image yang jelas-jelas social construction dari budaya patriachy ini.
OK teman, bebaskan BODY mu dari semua yang mengekang. The person who has your body is only you.
Hawaii, September 13, 2008