Rumah Kenari
Sangat terhormat menuliskan tentang dua generasi muda Indonesia yang luar biasa ini untuk rubrik Community Library.
Berawal dari Twitter. Saya adalah salah satu orang yang menyukai jejaring sosial, terutama Facebook. Saya telah menjadi facebooker sejak tahun 2007, saat itu belum terlalu banyak orang Indonesia yang menjadi facebooker. Twitter sebenarnya sudah saya kenal sejak tahun 2009, namun saya tidak bukan aktif tweep. Baru beberapa bulan ini saya kadang-kadang buka twitter. Dua bulanan lalu saya baru mengaktifkan twitter saya di handphone.
Sekitar seminggu lalu saya iseng menulis twitter dengan mention Pak Anies Baswedan, beliau adalah salah satu tokoh yang saya kagumi. Salah satu terobosan terbaru dari beliau adalah “Pengajar Muda,’ yakni mengirimkan generasi muda untuk mengajar SD di pelosok negeri. Dalam timeline tersebut saya menuliskan tentang Community Library saya di Banyuwangi.
Dua kali postingan di twitter tersebut ternyata mendapat banyak respon, ada @rumah_kenari, @ayuwindiya, @dnurrahmawati, @RizalArryadi, @aghla, dan @CatatanBunda yang memberikan respon baik. Kebanyakan mereka menawarkan untuk membantu Community Library dengan mendonasikan buku.
Setelah proses DM di Twitter, lalu saling tukar nomor telfon dan kemudian janjian, akhirnya tadi 8 November 2011 saya bertemu dengan yang bahurekso ‘Rumah Kenari’, kami janjian di Plaza Semanggi. Yang ada dalam bayang saya saat itu pengelola RK adalah bapak-bapak atau eksekutif muda. Ternyata saat bertemu bayangan tersebut langsung rontok.
Reza Pahlevi dan Ayu datang menemui saya. Umur mereka baru sekitar di middle dua puluhan. Gayanya masih khas ABG. Namun ketika mengobrol dengan mereka lebih jauh, kesan pemikiran ABG dari mereka berdua hilang, tergantikan dengan semangat menggebu untuk memajukan bangsa.
Reza dari Solo dan Ayu dari Sunda. Mereka berdua bekerja di kantor yang sama. Berawal dari keinginan untuk berbuat sesuatu kepada masyarakat mereka menginisiasi RK ini. “Dulu sih kami berpikir untuk bisa membuat perpustakaan sendiri, atau mengajar di masyarakat, tapi semua terbentur dengan jadwal kerja mbak,” kata Reza. Dari kondisi waktu yang terbatas inilah mereka berpikir untuk mewujudkan keinginan berbagi dengan masyarakat melalui donasi buku kepada perpustakaan-perpustakaan di daerah.
Saat saya tanya dari mana mereka mendapatkan dana? mereka berdua langsung tertawa, “Ya kami ambil dari gaji kami yang tidak seberapa ini, plus -memalak- teman2 kantor hehe, lebih banyaknya sih dari gaji mbak.” Aku tertegun dan terkesima. Ini luar biasa sekali. Mereka orang muda, tinggal di Jakarta, namun tidak terbawa hedonisme metropolitan, malahan mereka memiliki orientasi ke depan yang sangat maju.
Ayu bercerita kalau seringkali teman-teman kantornya membantu mereka, “Ada yang ngasih uang mbak, ada yang bantu hunting buku, dan mereka juga senang bantu kami untuk sortir buku-buku.” Reza dan Ayu sangat menghargai bantuan dari teman-temannya walaupun kecil. “Mereka tidak bantu uang tidak masalah mbak. Dari kemauan mereka untuk support kita belanja, dan sortir buku saja sudah menunjukkan keperdulian mereka,” jelas Reza.
“Jadi RK ini personilnya siapa saja,” saya bertanya dengan penasaran. Reza dan Ayu saling pandang, “Ya cuman kami berdua” jawab mereka serempak sambil tertawa terbahak. DUA JEMPOL DEH.
Melihat Reza dan Ayu menjadikan saya kembali optimis menatap Indonesia ke depan. Ternyata masih banyak generasi muda yang memiliki orientasi kemasyarakatan dan mau berbagi. Andaikan lebih banyak lagi Ayu dan Reza, tentu pendidikan Indonesia semakin maju. Proud of you both.
Dari RK, Community Library mendapatkan banyak buku-buku anak, mulai ensiklopedia, seri ceria pahlawan Indonesia, buku-buku gambar, dan ada juga buku seri tentang Asia dan Australia. Pasti anak-anak pembaca buku community Library akan sangat senang dengan koleksi baru.
Terimakasih Rumah Kenari