Terkadang memang yang namanya -nafsu- seseorang dalam berbagai kondisi tetap tidak bisa dikendalikan, termasuk nafsu berburu buku. Di manapun tempatnya tetep jenis nafsu ini tidak dapat ditahan, termasuk ketika melaksanakan haji kemarin.
Aku kebetulan mendapat berkah bisa melaksanakan haji bersama dengan seluruh adek-adek, total kami berenam. Aku sekeluarga 4 orang, di tambah dengan suamiku dan suami adekku. Dari Indonesia kami berangkat berlima, adekku yang nomor tiga berangkat dari Yaman, karena kebetulan dia masih belajar di yaman. Karena bareng-bareng itu, kami bisa kompak ketika melakukan hal-hal yang kita sukai.
Pertama masuk kota makkah dari perjalanan Jeddah, kami heboh melihat iklan-iklan di pinggir jalan, dan ketika ada baliho besar bertuliskan “Jarir Bookstore” aku dan dua adek perempuanku langsung teriak, dan berjanji we have to go there.
Maktab (hotel) kami di Makkah pas di dalam pasar grosir Ja’fariyah. Bukan di samping ato di depan ato di belakang pasar, tapi exactly di dalam pasar. Kalau mau masuk ke maktab harus masuk melalui gerbang pasar. Jadi sebenarnya kesempatan untuk shopping suangat terbuka lebar. Lagi-lagi hobi saya dan adek-adek cuman tanya-tanya harga tapi tidak beli, di samping memang jumlah uang kami tidak seberapa, juga kami menunggu harga-harga turun, katanya kalau sesudah musim hajian, harga akan jatuh. Dan alasan penting lainnya adalah kami masih harus menyisakan uang untuk berburu buku.
Pernah suatu saat ada seorang kawan yang sudah tinggal di Makkah bertahun-tahun mengajak kami jalan-jalan, terahir sekitar jam 22.00 kami diajak makan di mall, ternyata di mall itu ada “Jarir Bookstore” tanpa dikomando kami berbelok arah ke toko buku itu dari pada mengikuti teman kami ke foodcourt. Sayang ternyata Jarir bookstore sudah tutup. Nafsu shopping buku-pun harus ditahan.
Setelah musim haji selesai, ada teman lain yang mengajak kami jalan-jalan melihat kota makkah. Kali ini kami mengajukan beberapa tempat yang ingin kami kunjungi. For sure, tempat pertama yang ada dalam list adalah “Jarir Bookstore.” Akhirnya kami bisa mengexplore tempat yang kalau di Indonesia kayak Gramedia ini. Teman yang mengantarkan kami berkomentar, “Biasanya orang haji itu kalau diajak jalan-jalan tempat yang dituju pasti tempat beli abaya, tasbih, dll, baru kali ini ada orang haji minta diantarkan ke toko buku.” hehehe
Di Jarir ini kami menemukan banyak kitab-kitab yang harganya murah. Adekku heboh menemukan buku anak-anak yang selama ini sulit ditemukan di Indonesia, walaupun harganya perlu tepok jidat hehhe. Bagaikan lama tidak menemukan nasi, kami semua heboh lari kesana-kemari untuk mengeksplore toko buku ini. beberapa ratus SR (saudi Riyal) kami keluarkan untuk memborong beberapa kitab. “Wuihh habis banyak juga ya??” komen suamiku saat itu, aku langsung jawab “Hadah, baju yang harganya SR 100 aja dibeli masak buku-buku gak dibeli.” hehhee.
Edisi perburuan buku berlanjut dimana-mana, di Mina, suamiku sempat berkenalan dengan beberapa syeh dan hasilnya mendapatkan beberapa kitab tafsir dan dan kitab-kitab lainnya.
Hingga waktu tinggal sepuluh hari di Makkah, koper kami masih berisi kitab-kitab yang kami beli dan barang-barang kecil lainnya. masih sangat longgar. Nah perburuan selanjutnya adalah di Masjidil Haram. Di Masjidil Haram setiap seminggu atau dua minggu sekali quran yang ada di masjid di tarik dan diganti yang baru. Nah Quran yang lama akan dibagikan secara cuma-cuma kepada jama’ah yang meminta. Biasanya di dekat pintu nomor 21 (Babul Fattah), banyak orang yang antri untuk mendapatkan Quran, setiap orang biasanya akan mendapat satu atau dua quran. Nah suamiku sudah mendengar peluang ini jauh-jauh hari, jadi sejak di Indonesia, suamiku sudah menyiapkan surat permohonan waqaf quran untuk diserahkan di Masjidil Haram.
Akhirnya suamiku ikut antri untuk mendapatkan Quran, dan ketika sudah di depan petugasnya, dia menyerahkan surat yang dia buat, dan suamiku langsung disuruh datang ke syeh yang mengurusi waqaf Quran. Oleh syeh tersebut dituliskan dalam surat itu kalau akan diberi 150 Quran/4 kardus. Dan ketika ke gudang penyimpanan quran, suamiku mendapat 4 kardus besar, yang tiap kardusnya berisi sekitar 80 quran, jadi totalnya ada 350 al-Quran. Alhamdulillah.
Perburuan Quran juga berlanjut di Masjid Nabawi, Madinah. Kami mendapatkan 2 kardus Quran, yang tiap kardus berisi 20 Quran. Namun untuk Quran ini tidak untuk kami, tapi kami bagikan ke jama’ah di KBIH kami.
Dimanapun pokoknya berburu buku never stop