Nihayatul Wafiroh meminta presiden Joko Widodo membatalkan kebijakan Full Day School. Ia menolak penyeragaman jam sekolah anak-anak.

‘Indonesia itu beragam. Di Jawa timur saja beragam kegiatan anak-anak. Ada yang usai sekolah formal istirahat di rumah sorenya diniyah, ada yg usai sekolah sorenya membantu orang tuanya d sawah, ada yang sorenya bermain dengan teman-temannya. Belum lagi di provinsi2 lain. Penolakan kami adalah bentuk kesadaran bahwa kebutuhan anak-anak itu beragam dan tidak ada yang salah dengan kebiasaan semacam itu’ jelas anggota DPR RI FPKB ini.

Di sela-sela kesibukan menyerap aspirasi rakyat, Nihayah menjelaskan bahwa alasan kebijakan Full Day School yang akan menerapkan 8 jam di sekolah selama 5 hari dalam satu minggu dengan alasan untuk pembentukan karakter menurutnya alasan itu tidak mengakomodir keragaman kebutuhan siswa. Para guru dan siswa yang ia temui di berbagai sekolah di Indonesia tidak ada yang menginginkan ditambah jam sekolah. Kebanyakan keluhannya adalah fasilitas untuk belajar yang masih minim.

‘Sudah menjadi tugas pemerintah membangun sekolah dan menciptakan lingkungan yang nyaman untuk anak-anak. Jangan malah mengurung anak dalam satu bangunan selama sehari penuh. Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk anak-anak ‘ tegas anggota DPR RI dari dapil Banyuwangi, Bondiwoso dan Situbondo ini.

Nihayah menambahkan bahwa dalam pendidikan bergaul dengan tetangga, berinteraksi dengan teman-teman yang berbeda kelas, itu juga pengalaman yang sangat dibutuhkan dalam membentuk karakter mereka, terutama karakter mudah beradaptasi. Karakter semacam ini juga sangat dibutuhkan untuk kehidupan anak-anak sekarang dan yang akan datang.

‘Pengandaian bahwa dengan dikurung dalam satu lingkungan selama 8 jam sehari dapat membentuk karakter yang lebih baik daripada 4-5 jam itu pernyataan imajinatif, di awang-awang, hanya berdasarkan kebutuhan dan keinginan lingkungan tertentu dan abai pada yang lainnya. ‘Pungkasnya.